Iklan
thumbnail

Alamat Bekam Ust Andi Bekam Surabaya " Pondok Bekam Indonesia"

Posted by Pondok Bekam Indonesia on Jumat, 10 Juli 2015

Judul diatas sengaja saya buat untuk mempermudah bagi pasien yang biasa mencari tempat atau alamat Bekam di Surabaya dengan mencari nama panggilan saya Andi Abu IESQI atau biasa ada juga yang mencari di google dengan mengetikan Ust Andi Bekam Surabaya, saya berharap suatu saat ketika pasien ingin mencari Pondok Bekam Indonesia di Surabaya Cukup mengetik Andi Bekam Surabaya

Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun Deklarator Aliansi Nasional Anti Syiah [ANAS] KH. Abdul Hamid Baidlowi

Sesepuh NU yang tegas terhap Syiah telah berpulang. KH. Abdul Hamid Baidlowi sedang memberikan tausiyah dan mau"izoh hasanah di hadapan para ulama dan umat saat acara Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah di Bandung 20 April 2014. Hal ini cukup menyita perhatian keluarga besar Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Andi Bekam Surabaya : REMBANG (Arrahmah.com) – Umat Islam Indonesia kehilangan seorang Kiai sepuh yang tegas terhadap Syiah, yakni KH Abdul Hamid Baidlowi, salah satu kiai sepuh Nahdlatul Ulama (NU), pengasuh Pondok Pesantren Al-Wahdah, Lasem, Rembang, meninggal dunia, Ahad (15/6/2014) jam 15.00 WIB.

Mbah Mik, sapaan beliau, wafat di Rumah Sakit Keluarga Sehat (KSH) Pati, setelah dirawat dua hari karena penurunan kadar gula.

Anda mencari Tempat Alamat Bekam di Surabaya [daerah Pondok Maritim Indah Kebraon Balasklumprik Bangkingan Wiyung Lidah Lembah Mastrip Sepanjang dan sekitarnya] Sidoarjo Gresik. Coba hubungi Pondok Bekam Indonesia di Surabaya. Alamat dan Peta Lokasi KLIK DISINI

“Abah memang punya riwayat sakit gula. Saya atas nama keluarga mohon dimaafkan apabila semasa hidupnya beliau ada salah,” ucap Gus Arif Romadlon, salah satu keponakan KH Abdul Hamid Baidlowi, dikutip dari suara merdeka.com.

Jenazah tiba di rumah duka pukul 18.30 dan langsung disambut ratusan santri dan masyarakat yang datang bertakziah. Sebagian besar masyarakat Lasem merasa sangat berduka dan kehilangan sosok KH Abdul Hamid Baidlowi.

“Hari ini warga Nahdliyin kehilangan lagi kiai sepuhnya. Beliau itu jimatnya NU,” kata KH Fathurrohman asal Jatim yang sudah datang di rumah duka.

Ratusan peziarah berdatangan ke rumah duka. Turut hadir KH Baqoh Arifin (Magelang), KH Muad Tohir (Kajen/Pati), KH Fathurrohman (Jatim), KH Najih Maimun (Sarang), KH Hamid Mabrur (Rembang), dan KH Yahya Staquf (Rembang).

KH Abdul Hamid Baidlowi tampak turut hadir pada acara Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah di Bandung, Ahad (20/4/2014) lalu. Pada kesempatan ceramahnya saat itu, beliau mengusulkan poros Bandung untuk gerakan nasional anti Syiah di Indonesia. Kehadiran beliau cukup pada acara itu menyita perhatian keluarga besar ahlu sunnah wal jamaah. Siapakah sebenarnya sosok KH. Abdul Hamid Baidlowi yang tegas menyatakan sikapnya terhadap aliran sesat Syiah ini?

Bagi masyarakat Rembang, nama KH Abdul Hamid Baidlowi sudah tidak asing lagi. Banyak warga yang mengenal namanya karena dia merupakan putra ulama besar asal Lasem, KH Baidlowi (almarhum) yang semasa hidupnya pernah menjadi Rais Akbar Tariqah Se-Indonesia.

Selain itu, ayah KH Abdul Hamid Baidlowi merupakan pencetus waliyul amri ad dharuri bisyaukah, gelar yang diberikan kepada Bung Karno, presiden pertama RI. Bahkan kiai itu masuk dalam catatan sejarah, karena ikut andil dalam mendirikan NU.

Namun, ketenaran KH Hamid Baidlowi bukan hanya karena pengaruh kebesaran nama orang tuanya. Yang jelas, kiai itu sejak kecil suka bergaul, baik di dalam masyarakat maupun organisasi, terutama yang berkaitan dengan pengembangan Islam.

Apalagi setelah dewasa, namanya makin dikenal oleh masyarakat luas karena kiprahnya dalam dunia politik, terutama saat NU masih menjadi partai politik.

Pada zaman Orde Baru, nama KH Hamid Baidlowi juga sering muncul di koran-koran, baik koran daerah maupun nasional. Sebab, pada saat itu dia terang-terangan masuk jajaran pengurus PBNU pimpinan Abu Hasan yang merupakan tandingan PBNU pimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sebab kiprahnya dalam dunia politik, kediaman pengasuh Pondok Pesantren Al Wahdah itu sering dikunjungi pejabat tingkat nasional. Sebut Sudharmono (saat menjabat wapres/Ketua Umum DPP Golkar), H Harmoko saat menjabat Menteri Penerangan, bahkan Akbar Tanjung dan Munawir Sjadzali.

KH Abdul Hamid Baidlowi juga menyampaikan makalah ilmiah pada acara pertemuan ulama dan habib di Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Jakarta pada 14 Rajab 1416 H/ 7 Desember 1995 M yang berjudul “Kritik Terhadap Gus Dur dan Said Aqil.Makalah lainya berjudul” Menyiasati Bahaya Syiah di Kalangan Nahdlatul Ulama di penghujung Abad Ini.

Apakah Anda sedang mencari Tempat Alamat Gurah Hidung di Surabaya atau  Tempat Bekam dan Bekam Lintah di Surabaya untuk berbagai keluhan seperti Hipertensi Diabetes Asam Urat Kaki Gringgingan Kesemutan Capek Letih Leseu Lunglai dan lainnya ? Silakan datang ke Pondok Bekam Indonesia Surabaya Tempat Alamat dan Peta Lokasi KLIK DISINI

Makalah itu disampaikan pada acara sarasehan IPNU-IPPNU cabang Jombang pada 1 Safar 1417 H/ 17 Juni 1996 M. Makalah tersebut hadir di saat umat Islam mulai resah atas bahaya pemikiran Gus-Dur, dan membongkar kerancauan ideologi Syiah Rafidhoh yang dipasarkan lewat pemikiran Said Aqil Siradj.

Saat ini, Abdul Hamid Baidlowi telah wafat, dan akan dimakamkan Senin (16/6/2014) di kompleks Masjid Jami Lasem pukul 10.00. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. (azm/arrahmah.com)

- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/06/16/sesepuh-nu-yang-tegas-terhadap-syiah-telah-berpulang.html#sthash.P1PZloNv.dpuf
02.17
thumbnail

Saat Audiensi dengan Umat Islam : MUI Pusat Tegaskan Syiah Diluar Islam

Posted by Pondok Bekam Indonesia on Kamis, 19 Februari 2015

Alamat Bekam Surabaya Pondok Bekam Indonesia di Surabaya. Anda sedang mencari Pengobatan Non medis / alternatif untuk berbagai pengakit seperti Hipertensi atau Darah Tinggi Asam Urat Kholesterol Tinggi Diabetes atau lainnya, coba hubungi atau datang ke Pondok Bekam Indonesia di Surabaya [sisipan artikel]

Saat audiensi dengan umat Islam, MUI Pusat tegaskan Syiah di luar Islam
A. Z. Muttaqin Kamis, 29 Rabiul Akhir 1436 H / 19 Februari 2015 08:13
Sejumlah perwakilan Ormas Islam Ahlusunnah wal Jamaah saat beraudiensi dengan MUI Pusat di Jakarta, Selasa (17/2/2015)

JAKARTA (Arrahmah.com) – Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Tengku Zulkarnaen, menegaskan sikap MUI terhadap Syiah. Menurutnya, sikap MUI jelas dengan Syiah, yakni ajaran Syiah di luar ajaran Islam.

“Syiah di luar pagar,” ujarnya saat melakukan audiensi dengan Majelis Az Zikra dan sejumlah ormas Islam, Selasa (17/2/2015) di Kantor MUI Pusat bersama Ketua MUI KH. Kholil Ridwan, Wasekjen MUI Amirsyah Tambunan, Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian, Fahmi Salim, dan staff Komisi Fatwa, Irfan Helmi.

Ketegasan MUI terhadap Syiah kembali ditunjukkan saat Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta, baru-baru ini. Dalam kongres yang dihadiri ormas-ormas Islam seluruh Indonesia, MUI tidak mengundang ABI maupun IJABI. “Ada yang tiba-tiba hadir, tapi kami tolak,” lanjut Tengku.

Tengku melanjutkan, MUI sudah menolak Syiah sejak tahun 1984. Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada bulan Maret 1984, MUI mengeluarkan rekomendasi tentang paham Syiah.

“Ini lebih tinggi dari fatwa. Kalau fatwa diputuskan oleh komisi fatwa, ini diputuskan oleh Munas. Tapi dia juga ditulis dalam Himpunan Fatwa,” ujar Tengku.

Selain itu, lanjut Tengku, tahun 2007 MUI sudah mengeluarkan fatwa haram nikah mut’ah. Setelah itu, MUI Jawa Timur mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah. “Tearakhir kita membuat buku Mewaspadai Kesesatan Syiah, ini langsung ditulis Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat,” papar Tengku.

Dalam kajian MUI, perbedaan pokok antara Syiah dengan Ahlussunah wal jamaah sudah sangat gamblang. (azm/islampos/arrahmah.com)

TOPIK: BAHAYA SYIAH, JAKARTA, KUDETA SYIAH 2020, MUI PUSAT

- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2015/02/19/saat-audiensi-dengan-umat-islam-mui-pusat-tegaskan-syiah-di-luar-islam.html#sthash.7zIDp5Yx.dpuf

Alamat Bekam Surabaya Pondok Bekam Indonesia di Surabaya. Anda masih sedang dan terus  mencari Pengobatan Non medis / alternatif untuk berbagai pengakit seperti Hipertensi atau Darah Tinggi Asam Urat Kholesterol Tinggi Diabetes atau lainnya, coba hubungi atau datang ke Pondok Bekam Indonesia di Surabaya [sisipan artikel]

18.10
thumbnail

Tempat Terapi Lintah Surabaya Alamat Terapi Lintah Sidoarjo Gresik Surabaya

Posted by Pondok Bekam Indonesia on Rabu, 21 Mei 2014






Jusuf Kalla dan Azyumardi Azra
JK dan Azra pembela aliran sesat ?
A. Z. Muttaqin Rabu, 22 Rajab 1435 H / 21 Mei 2014 22:05
(Arrahmah.com) – Kenapa Syiah dan aliran sesat sulit dilarang, bahkan tampaknya pemerintah belum melarangnya walau sudah difatwakan sesat ?

Pertanyaan itu muncul dalam Tabligh Akbar tentang “Ada Apa dengan Syiah” di Masjid Agung Darus Salam Purbalingga Jawa Tengah, Ahad 19 Rajab 1435H/ 18 Mei 2014. Hadir dan memberi sambutan pada acara itu Bupati Purbalingga,Sukento Ridho Marhaendrianto. Bertindak sebagai pembicara dalam tabligh tentang masalah syiah ini adalah Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dari Jakarta dan Ustadz Agus Hasan Bashori dari Malang. Acara ini diprakarsai oleh FUI dan Al-Irsyad Purbalingga- Purwokerto bekerjasama dengan Masjid Agung Darus Salam Purbalingga.

Menjawab masalah kenapa pemerintah sampai kini belum melarang Syiah dan aliran sesat lainnya, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz memberikan gambaran betapa gigihnya orang-orang yang membela aliran sesat di negeri ini. Dicontohkan, kenapa Azyumardi Azra sampai mendapatkan hadiah dari Ratu Inggeris, padahal di kalangan intelektual jarang ditemui adanya hadiah seperti itu. Ternyata karena dia “berjasa” dalam membela aliran sesat yakni Ahmadiyah. Di saat para Ulama, tokoh Islam, dan para pejabat sudah hampir klimaks sepakat untuk dilarangnya Ahmadiyah, ternyata Azra mengganjalnya lewat perannya di Istana Wakil Presiden Jusuf Kalla waktu itu. Azra yang jadiDeputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Wapres RI dimana Jusuf Kalla sebagai Wapres saat itu (2008) sengaja menjegal akan dilarangnya Ahmadiyah.

Dan ternyata Azra berbangga dengan upayanya mengganjal rencana pelarangan Ahmadiyah itu hingga akhirnya Ahmadiyah belum dilarang sampai kini.

Perlu diketahui, pembelaannya dalam mempertahankan aliran sesat itu justru dibanggakan di antaranya lewat buku berjudul”Cerita Azra, Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra”, sebuah buku biografi tentang mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah.

Buku ini disoroti SI Online terutama dalam kasus pembelaan Azra dan Jusuf Kalla terhadap aliran sesat Ahmadiyah, dengan judul mencolok :Atas Jasa Azyumardi Azra dan Jusuf Kalla, Ahmadiyah Hingga Kini Bebas Menodai Islam

SI Online menyoroti, dalamkasus Ahmadiyah,” tulis Andina Dwifatma dalam buku “Cerita Azra; Biografi Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra”, halaman 124 yang diterbitkan Pernerbit Erlangga pada 2011 lalu.

“Pada suatu pagi, terdengar kabar bahwa tiga pihak, Departemen Agama, Kejaksaan Agung dan Polri sepakat memaklumkan Ahmadiyah sebagai organisasi terlarang,” lanjut Andina di halaman yang sama.

Mendengar berita itu, Mardi (Azyumardi Azra-red), langsung datang ke ruang kerja Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menyampaikan perkembangan ini.

Atas laporan Mardi, tulis Andina, Wapres langsung menelpon petinggi-petinggi terkait, dan juga Ketua MUI KH Ma’ruf Amin, untuk menyatakan bahwa kesepakatan menyatakan Ahmadiyah sebagai organisasi terlarang adalah melanggar konstitusi.

Menurut Azuymardi, jika Ahmadiyah dinyatakan sebagai organisasi ilegal, maka para anggota atau jemaahnya boleh diperlakukan seperti anggota PKI pasca persitiwa 30 September 1965. “Ini jelas melanggar UUD 1945 dan HAM.”

Akhirnya, pemerintah benar-benar tidak secara tegas melakukan pelarangan dan pembubaran terhadap organisasi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) seperti tuntutan umat Islam Indonesia saat itu.

“Pada akhirnya maklumat tidak jadi diberlakukan. Ahmadiyah ‘hanya’ dilarang menyiarkan paham keagamaannya seperti ditetapkan dalam SKB Menteri Agama No.3/2008, Jaksa Agung No Kep 033/A/JA/6/2006 dan Menteri Dalam Negeri No. 199/2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat,” tulis Andina pada halaman 125 buku biografi Mardi itu.

Menurut penelusuran SI Online terhadap SKB yang dimaksud, penulisan SKB pada buku biografi Mardi ini ternyata terdapat kesalahan. Untuk Jaksa Agung mestinya ditulis No. KEP-033/A/JA/6/2008 dan perihal surat keputusan bersama itu adalah “tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)dan Warga Masyarakat.”

Karena ‘jasa’ Mardi dan JK inilah, hingga kini Jemaat Ahmadiyah Indonesia masih bisa terus beraktifitas dan bebas melakukan penodaan terhadap ajaran Islam, tulis Shodiq Ramadhan dalam SI Online Senin, 19/5/2014.

Penulis: Hartono Ahmad Jaiz

(azm/arrahmah.com)

Topik: aliran sesat, azyumardi azra, hartono ahmad jaiz, jusuf kalla

- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/05/21/jk-dan-azra-pembela-aliran-sesat.html#sthash.yrqz2vfq.dpuf
  • Anda masih sedang dan terus mencari Tempat Alamat Terapi Bekam Lintah di Surabaya [ Surabaya Barat Timur Seltan Kota Utara ] Sidoarjo Gresik Madura Sepanjang Mojokerto Malang Bali untuk Terapi Pengobatan Alternatif Natural Berbagai Penyakit seperti Kanker Payudara Kanker Kelenjar Getah Bening Kanker Colli Dextra Hipertensi Asam Urat Kaki Bengkak Kholesterol dan lainnya silakan hubungi Pondok Bekam Indonesia di Surabaya. Tempat Alamat dan Peta Lokasi KLIK DISINI
11.13
thumbnail

Syiah : Ritual Asyura dan fitnah seputar wafatnya Husain

Posted by Pondok Bekam Indonesia on Senin, 25 November 2013

Ritual Sesat Syiah Asyuro
Asyura dan fitnah seputar wafatnya Husain
A. Z. Muttaqin Senin, 21 Muharram 1435 H / 25 November 2013 09:01
(Arrahmah.com) - Seperti apa latar belakang singkat dari peristiwa Asyuro di Karbala? Siapa sosok Muslim bin Aqil? Siapa saja yang menasehati Husein agar tak pergi ke Kufah? Apa isi nasehtnya? Mengapa Husain Radhiyallohu anhu menyebut Karbala, karbun wa bala (bencana dan musibah)? Siapa yang telah berkhianat kepada Husian? Siapa sesungguhnya pembunuh cucu nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam itu?

Masih di bulan Muharam dan untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas, redaksi arrahmah.com menampilkan cuplikan tulisan Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com), yang terpampang di situs tersebut tulisan utuhnya berjudul Asuro dan Karbala, 15 November 2013. Bermanfaat insya Allah Ta’ala.

Setelah Yazid dibaiat sebagai Amirul Mukminin di Syam (wilayah sekitar Damaskus, Suriah, Lebanon, dan Palestina), Husain Radhiyallohu anhu diajak oleh kelompok Yazid untuk turut membaiat Yazid. Namun Husain menolak, dan beliau segera meninggalkan Madinah menuju Mekah. Ketika Penduduk Kufah (Irak) yang mendengar sikap Husain terhadap Yazid, mereka langsung mengirim berbagai surat kepada Husain. ada lebih dari 500 surat yang diterima Husain. Inti dari isi surat itu ada 3 hal,

    Penduduk Kufah tidak membaiat Yazid

    Penduduk Kufah hanya mau taat jika Husain dan keluarga Ali sebagai khalifah

    Mengundang Husain untuk datang ke Kufah agar bisa dibaiat

Untuk menyelidiki kebenaran berita dan isi surat ini, Husain mengirim Muslim bin Aqil (sepupu Husain) agar memeriksa keadaan di Kufah yang sebenarnya. Sesampainya Muslim bin Aqil tiba di Kufah, dia singgah di rumah Hani bin Urwah. Di rumah ini, banyak penduduk Kufah yang membaiat Husain melalui perwakilan Muslim bin Aqil. Merasa bahwa penduduk Kufah telah loyal terhadap Husain, Muslim mengirim surat kepada Husain, agar segera datang ke Kufah, karena semua telah disiapkan.

Berita tentang penduduk Kufah didengar oleh Yazid. Ketika itu, Kufah termasuk daerah kekuasaan bani Umaiyah dengan gubernur: Nu’ban bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, salah satu sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun karena Nu’man tidak perhatian dengan kejadian baiat Husain di Kufah, beliau dinon-aktifkan dan wiliyah Kufah diserahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad, yang ketika itu menjadi gubernur Bashrah. Sehingga Ubaidillah memegang kekuasaan dua wilayah, Bashrah dan Kufah.

Ubaidillah menemui Hani’ bin Urwah dan menanyakannya tentang gejolak di Kufah. Ubaidillah ingin mendengar sendiri penjelasan langsung dari Hani’ bin Urwah. Namun Hani’ tidak mau mengaku, hingga dia dipenjara. Mendengar kabar bahwa Ubaidullah memenjarakan Hani’ bin Urwah, Muslim bin Aqil datang bersama 4000 orang syiah (pembela) Husain yang membaiatnya dan mengepung istana Ubaidullah bin Ziyad. Ini terjadi siang hari.

Ubaidillah bin Ziyad merespon pengepungan Muslim bin Aqil dengan mengancam akan mendatangkan sejumlah pasukan dari Syam. Ternyata gertakan Ubaidullah membuat takut Syiah (pembela) Husein ini. Mereka pun berkhianat dan berlari meninggalkan Muslim bin Aqil hingga tersisa 30 orang saja yang bersama Muslim bin Aqil, dan belumlah matahari terbenam, hingga hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri.

Manusia, kaum Muslimin khususnya bisa menilai, bagaimana karakter penduduk Kufah yang menjadi syiah (pembela) Husain dan Ali bin Abi Thalib.

Muslim pun ditangkap dan Ubaidillah memerintahkan agar dia dibunuh. Sebelum dieksekusi, Muslim meminta izin untuk mengirim surat kepada Husein, keinginan terakhirnya dikabulkan oleh Ubaidillah bin Ziyad.

Isi surat Muslim kepada Husein adalah “Pergilah, pulanglah kepada keluargamu! Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya penduduk Kufah telah berkhianat kepadamu dan juga kepadaku. Orang-orang pendusta itu tidak memiliki akal“. Muslim bin Aqil kemudian dibunuh, tepatnya tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafah.

Husain berangkat dari Mekah menuju Kufah di tanggal 8 Dzulhijah, hari tarwiyah. Banyak para sahabat Nabi menasihatinya agar tidak pergi ke Kufah. Berikut beberepa nasehat mereka kepada Husain,

Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu menemui Husain,

“Sesungguhnya aku adalah seorang penasihat untukmu, dan aku sangat menyayangimu. Telah sampai berita bahwa orang-orang yang mengaku sebagai Syiahmu (pembelamu) di Kufah menulis surat kepadamu. Mereka mengajakmu untuk bergabung bersama mereka. Mohon jangan engkau pergi bergabung bersama mereka karena aku mendengar ayahmu –Ali bin Abi Thalib- mengatakan tentang penduduk Kufah, ‘Demi Allah, aku bosan dan benci kepada mereka, demikian juga mereka bosan dan benci kepadaku. Mereka tidak memiliki sikap memenuhi janji sedikit pun.”

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu menemui Husain,

“Aku hendak menyampaikan kepadamu beberapa kalimat. Sesungguhnya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian memberikan dua pilihan kepada beliau antara dunia dan akhirat, maka beliau memilih akhirat dan tidak mengiginkan dunia. Engkau adalah darah dagingnya, demi Allah tidaklah Allah memberikan atau menghindarkan kalian (ahlul bait) dari suatu hal, kecuali hal itu adalah yang terbaik untuk kalian“.

Husein tetap enggan membatalkan keberangkatannya. Ibnu Umar pun menangis, lalu mengatakan, “Aku titipkan engkau kepada Allah agar tidak dibunuh“.

Singkat cerita Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala bersama 73 orang yang mendampinginya. Kemudian tibalah 4000 pasukan yang dikirim oleh Ubaidullah bin Ziyad di bawah pimpinan Umar bin Saad. Husein bertanya, “Apa nama tempat ini?” Orang-orang menjawab, “Ini adalah daerah Karbala.” Kemudian Husein menanggapi, “Karbala: Karbun wa Balaa’.” Karbun artinya bencana dan Balaa’ artinya musibah.

Wahai manusia, Anda bisa simak, bagaimana Husain sama sekali tidak memberikan pujian terhadap Karbala’. Justru beliau memberikan nilai buruk, dari nama Karbala. Berbeda dengan orang syiah. Mereka memuji habis Karbala’ dan menyebutnya sebagai tanah suci.

Melihat pasukan dalam jumlah yang sangat besar, Husein radhiallahu ‘anhu menyadari tidak ada peluang baginya. Lalu dia menawarkan 3 hal, “Aku ada 3 pilihan, (1) kalian mengawal (menjamin keamananku) pulang atau (2) kalian biarkan aku pergi menghadap Yazid di Syam untuk membaiatnya, atau (3) Aku pergi ke daerah perbatasan dan ikut bergabung bersama kaum muslimin dalam jihad melawan daerah kafir.

Ubaidillah bin Ziyad menyetujui tawaran Husain. Namun tiba-tiba sosok jahat Syamr bin Dzil Jausyan memprotes. “Jangan. jangan kabulkan tawarannya, sampai dia menjadi tawananmu, wahai Ubaid.” Syamr masih termasuk  kerabat dekat Ubaidillah.

Mendengar usulan ini, Ubaidillah merasa ada unsur bangga. Diapun menyetujuinya. Namun Husein menolak untuk menjadi tawanan Ubaidillah.

Mulailah terjadi ketegangan antara pasukan Husain yang berjumlah 73 orang dengan pasukan Irak 4000 orang. Husain pun berceramah mengingatkan status dirinya dan kedekatannya di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga sekitar 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husain.

Namun apa daya 100 lawan 4000. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husain, hingga tersisa Husain seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya. Masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tiba-tiba datang Syamr bin Dzil Jausyan –semoga Allah menghinakannya – meneriakkan, “Apa yang kalian lakukan, segera serang dia.” Syamr pun melemparkan panah lalu mengenai Husein dan ditambah tombak Sinan bin Anas yang mengenai dada Husain. Beliaupun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husain akhirnya mati syahid. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Ini terjadi di hari Jumat, 10 Muharam, hari Asyura. Wallohu A’lam.

Kisah ini diceritakan dari berbegai sumber oleh Dr. Utsman al-Khamis dalam bukunya: Huqbah min at-Tarikh hlm. 140 – 147.(azm/arrahmah.com)
05.45
thumbnail

Kenali dan waspadai tokoh-tokoh Syi'ah Indonesia ini, dari penyanyi hingga anggota MUI Pusat

Posted by Pondok Bekam Indonesia on Kamis, 20 Juni 2013


Anda Mencari Tempat Alamat Terapi dan Pengobatan Gurah Hidung di Surabaya ? Coba datang ke Pondok Bekam Indonesia

 (Arrahmah.com) – Beberapa saudara muslim sudah ada yang mengenali dan mewaspadai beberapa tokoh syi’ah berikut ini. Namun mayoritas muslim belum, lantaran  ada pengaburan dan tipu-tipu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ini. Mereka para tokoh syi’ah adalah orang-orang yang tampil di permukaan. Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah MA, Direktur Pesantren Al-Islam “Mereka yang ada di organisasi-organisasi syi’ah seperti ABI, IJABI dan lain-lain tidak melakukan taqiyah (berdusta untuk menyembunyikan keyakinan syi’ahnya).” Demikian ungkap ustadz kepada arrahmah.com beberapa waktu lalu. Mereka syiah tulen.
Saat ini mereka semakin berani dengan mulutnya mengatakan dirinya syi’ah, demikian pula dalam bentuk dukungan fisik material dan mental spiritual terhadap pengikutnya. Seperti terekam dalam kehadiran tokoh-tokoh ini di tempat pengungsi syi’ah Sampang, Madura, sebagai bentuk dukungan terhadap mereka. Berikut ini adalah tokoh-tokoh tersebut:
1. Jalaludin Rahmat

Seorang yang pada tahun akhir 1980-an dikenal sebagai pakar komunikasi. Sampai saat ini dia adalah pengajar di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Dia disebut-sebut sebagai tokoh sentral syi’ah Indonesia. Ternyata ini bukan isapan jempol bila dilihat dari kiprahnya dan dan sepak terjangnya pada organisasi syi’ah di Indonesia. Pendiri dan pimpinan SMA Muthahhari, Bandung ini juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir. Jalaludin Rahmat kini menjabat sebagi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Selain itu ia mendirikan Pusat Kajian Tasawuf (PKT): Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung. Semua lembaga-lembaga tersebut adalah organisasi syi’ah. Bisa dilihat pada buku Fakta dan Data Perkembangan Syi’ah di Indonesia September 2012, karya ustadz Farid Ahmad Okbah MA.
Adapun pernyataan Kang Jalal, begitu dia biasa dipanggil yang mendukung syi’ah yakni pada 29 Agustus 2012 lalu, dia mengancam untuk menumpahkan darah Ahlus Sunnah di Nusantara atas bentrokan Sampang Madura. “Orang-orang Syiah tidak akan membiarkan kekerasan ini. Karena untuk pengikut Syiah, mengucurkan darah bagi Imam Husein adalah sebuah kemuliaan,” ujar Jalaluddin

2. Dina Y. Sulaeman,

Perempuan yang lahir di Semarang pada 30 Juli 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjdjaran tahun 1997. Ia sempat menjadi staf pengajar di IAIN Imam Bonjol Padang. Tahun 1999 meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of Teology, Tehran University. Tahun 2011, ia menyelesaikan studi magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic Republic of Iran Broadcasting.
Dina penulis yang produktif, banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang syiah sejati. Berikut ini sejumlah buku yang telah ditulisnya, antara lain, Oh Baby Blues, Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Quran,Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera, Prahara Suriah dan Journey to Iran.Aktif menulis artikel opini politik Timur Tengah yang dimuat di media massa dan berbagai website. Otong Sualeman suami Dina, juga syiah,  dia adalah mahasiswa Qom yang menulis novel Dari Jendela Hauzah, terbitan grup Mizan. Keduanya pernah bekerja sebagai jurnalis di IRIB (Radio Iran Indonesia) selama tujuh tahun di Iran.

3. Haidar Bagir

Haidar Bagir bersama Jalaluddin Rakhmat, mendirikan Yayasan Muthahhari, yang mengelola SMA (Plus) Muthahhari di Bandung dan Jakarta.
Haidar Bagir merupakan pendiri perusahaan Penerbit Mizan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai buku-buku terbitan Mizan tentang persoalan Syiah dan Ahlus Sunnah. Demikian juga ia pernah bekerja di surat kabar Republika, sehingga sampai sekarang pengaruhnya terhadap pemberitaan Syi’ah masih menyudutkan Ahlus Sunnah, membela Iran dan sekutu-sekutu Syi’ahnya, dan melakukan taqiyah dalam pemberitaannya.
Haidar Bagir lahir di Solo, 20 Februari 1957 ini adalah alumnus Teknologi Industri ITB 1982 dan mengenyam pendidikan pasca sarjana di Pusat Studi Timur Tengah Harvard University, AS 1990-1992, dan S-3 Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI) dengan riset selama setahun (2000 – 2001) di Departemen Sejarah dan Filsafat Sains, Indiana University, Bloomington, AS. Sejak awal 2003, dia mendapat kepercayaan sebagai Ketua Yayasan Madina Ilmu yang mengelola Sekolah Tinggi Madina Ilmu yang berlokasi di Depok.
Di antara pengalaman pekerjaan lainnya, menjadi direktur utama GUIDE (Gudwah Islamic Digital Edutainment) Jakarta, ketua Pusat Kajian Tasawuf Positif IIMaN, Ketua Badan Pendiri YASMIN (Yayasan Imdad Mustadh’afin), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Madina Ilmu (1998), staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Indonesia (1996), dan staf pengajar Jurusan Filsafat Universitas Paramadina Mulya, Jakarta (1997).

4. DR. Khalid Al Walid, MA
                       
Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat KH. Cholil Ridwan, menjelaskan bahwa organisasinya melakukan evaluasi atas dugaan adanya seorang tokoh Syiah dalam kepengurusan MUI pusat. Hal ini mengemuka setelah tokoh tersebut datang ke Sampang atas nama MUI pusat, mendesak dicabutnya fatwa sesat Syiah dari MUI Jatim.
Pengurus MUI yang terindikasi sebagai penganut Syiah adalah DR. Khalid Al-Walid. Ia adalah alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, yang judul desertasinya di UIN Syarif Hidayatullah adalah “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”.
Saat disertasinya diuji oleh tim penguji dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. DR. Azyumardi Azra pada Tahun 2008 lalu. Tiba di bagian akhir acara, Azyumardi bertanya, “Apakah Anda penganut mazhab Syi’ah? Jangan salah duga”. Tanyanya.
“Saya akan bangga bila UIN berhasil meluluskan seorang doktor Syiah, karena menjadi bukti nyata bahwa lembaga ini menjunjung tinggi pluralisme dan toleransi antar mazhab Islam,” lanjut Direktur Pascasarjana UIN tersebut.
Khalid Al Walid saat itu menjawab, “Eh… Saya sama dengan Pak Haidar,” jawabnya berdiplomasi seraya menunjuk DR. Haidar Bagir yang duduk di samping Prof. DR. Mulyadhi Kartanegara yang menjadi pembimbing disertasi Khalid Al Walid. Sebagaimana diketahui, Haidar Bagir adalah tokoh Syiah di Indonesia dan selalu membela berbagai kepentingan Syiah.
Selain itu, DR Khalid Al Walid juga menjabat sebagi dewan syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), ormas lokomotif  kelompok syiah di Indonesia.
Dalam daftar pengurus MUI yang tercantum dalam situs resminya, tercantum nama Dr. H. Khalid al-Walid, M.Ag yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Pusat.

5. Muhsin Labib

Labib adalah Dosen Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah yang merupakan lulusan Muhsin Qum Iran. Ia menulis banyak buku tentang Syiah dan menjadi pembela Syi’ah Imamiyah di berbagai kesempatan.
Di antara buku-bukunya adalah Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath, Husain Sang Ksatria Langit, Kamus Shalat, Gelegar Gaza, Primbon Islam, Goodbye Bush,dan lainnya.

Muhsin Labib pernah mengatakan, “Orang yang anti Syiah adalah orang yang esktrimis dan menjadi ancaman bagi negara Republik Indonesia.”

6. Penyanyi Haddad Alwi

Dia  adalah penyanyi yang cukup terkenal yang biasa berduet dengan biduanita Sulis. Salah satu lagunya yang berjudul Ya Thoyibah, diubah liriknya dalam bahasa Arab dan berisi pujian pada Ali bin Abi Thalib secara berlebihan.
Hadad Alwi turut mengunjungi korban konflik sosial syiah di Sampang Madura 29 September 2012. Dia memberi motifasi dan dukungan kepada para pengungsi syiah.

Sementara, kalau nyanyiannya itu seperti Ya Thoybah, tidak mudah diidentifikasi oleh orang awam kebanyakan, sehingga orang tidak mudah untuk menyalahkannya. Karena dia berbahasa Arab, menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu menyebut Al-Quran dan sebagainya. Padahal, nyanyian Ya Thoybah itu justru isinya berbahaya bagi Islam, karena ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memuji Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Berikut ini kutipan bait yang ghuluw dari nyanyian Ya Thoybah (wahai Sang Penawar): Ya ‘Aliyya bna Abii Thoolib Minkum mashdarul mawaahib. Artinya: “Wahai Ali bin Abi Thalib, darimulah sumber keutamaan-keutamaan (anugerah-anugerah atau bakat-bakat).”
(az muttaqin/arrahmah.com)
10.06